SITARO, KOMPAS.com - Kawasan Nusa Utara, yang melingkupi tiga kabupaten di ujung Utara provinsi Sulawesi Utara (Sulut) seakan menyimpan surga tersembunyi. Ketiga kabupaten itu adalah Kabupaten Kepulauan Talaud yang berada paling utara dan berbatasan dengan Filipina, Kabupaten Kepulauan Sangihe yang berada di tengah dan Kabupaten Kepulauan Sitaro yang paling dekat dengan Manado, ibu kota Sulut.
Ketiga kabupaten tersebut merupakan kabupaten bahari karena potensi kebaharian yang dimilikinya. Dengan posisi itu, ketiga kabupaten ini punya sederet destinasi wisata bahari, yang sayang memang belum dikelola secara maksimal, termasuk yang ada di Kabupaten Sitaro.
Sitaro sebenarnya punya keunggulan dilihat dari jaraknya yang dekat dengan Manado, hanya butuh sekitar 4 jam perjalanan dengan kapal cepat untuk mencapai pulau Siau sebagai pusat pemerintahan Sitaro, dan hanya butuh sekitar 2 jam untuk mencapai pulau Tagulandang yang tidak kalah eksotis.
"Apalagi jika pelaku pariwisata bisa membuat paket trip ke Bunaken yang sudah tersohor itu terintegrasi dengan destinasi di Sitaro, karena kabupaten ini juga menyimpan spot-spot dive yang tak kalah indahnya," ujar Harry Kakunsi, operator dive di Sitaro.
Sitaro yang memiliki 47 pulau, sebagian besarnya tidak berpenghuni ini tentu menyimpan potensi pengembangan wisata bahari yang besar ke depannya, tinggal bagaimana pemerintah daerah memaksimalkannya melalui program terpadu. Salah satu pulau eksotis nan indah yang ada di Sitaro, adalah pulau Manumpitaeng.
Sebuah pulau dalam cluster Buhias, yang berada tepat di depan Kota Ulu, sebagai pusat perdagangan Sitaro. Hanya butuh sekitar 30 menit dengan speed boat, Manumpitaeng bisa dijangkau lewat pelabuhan Ulu. Pulau kecil ini hanya dihuni satu keluarga yang menjaga kebun kelapa di situ.
Anda akan dibuat terkejut saat speed boat mulai masuk perairan Manumpitaeng, yang dikelilingi beberapa pulau lainnya, termasuk pulau Mahoro yang sangat eksotis di belakangnya. Pasir putihnya nan lembut langsung mengoda, apalagi gradasi air lautnya dari hijau tosca ke biru tak bisa menahan rasa untuk segera menceburkan diri ke laut dan mandi sepuasnya.
Jangan segan untuk meminta hasil tangkapan ikan kepada nelayan yang lewat. Mereka akan dengan senang hati memberikannya, tentu dengan sedikit imbalan, dan nikmati barbeque di tepi pantai pada malam hari sambil menikmati kejernihan langit dengan ribuan bintangnya.
Ke Manumpitaeng memang akan terasa lengkap jika disertai dengan menggelar tenda dan menginap semalam. Pastikan Anda membawa persediaan makanan dari Siau, karena di pulau ini tak ada yang berjualan makanan dan minuman.
Datanglah menjelang sore, agar bisa menikmati sunset dan paginya bisa menunggu matahari terbit di sisi Barat. Jika matahari telah naik, bersegeralah ke salah satu sudut berpasir di bagian Barat yang berhadapan dengan pulau Mahoro. Di bagian yang ditumbuhi belukar dan pohon-pohon itu, Anda akan menjumpai proses alami bagaimana burung Gosong bertelur dengan keunikannya. Bersiaplah beringsut di atas pasir sambil bersembunyi di balik belukar.
Burung yang berkerabat dengan Maleo dan dari famili Megapodiidae ini merupakan endemik di beberapa kawasan Wallacea termasuk yang endemik di Sulawesi. Cara bertelurnya yang unik akan menjadi satu sajian tersendiri bagi pengunjung di Manumpitaeng. Gosong akan mencari pasir dengan derajat panas tertentu. Lalu pasangan Gosong akan menggali pasir dan meletakkan telurnya yang berukuran besar, lalu menimbunnya dan pergi meninggalkan telur itu hingga waktunya menetas.
Di Manumpitaeng, aktivitas Gosong bertelur masih cukup banyak dan mudah dilihat, asalkan pengunjung tidak menganggungnya. Ini merupakan bonus bagi pengunjung di Manumpitaeng.
Setelah puas melihat Gosong bertelur, bersegeralah ke punggung bukit yang terdapat di bagian tengah Manumpitaeng. Tidak dibutuhkan tenaga ekstra untuk mendakinya. Cukup 10 menit Anda sudah bisa berada di posisi tertinggi dan bisa menikmati panorama indah sekeliling Manumpitaeng.
Tentu saran yang sangat bagus adalah jangan lupa membawa peralatan kamera. Abadikan keberadaan diri Anda selama berada di surga tersembunyi ini, sambil mengintip kawah Karangetang di kejauhan yang seakan menegaskan anda masih berada di wilayah Sitaro, Gunung itu tak pernah berhenti mengeluarkan percikan api di puncak kawahnya, yang menjadi bonus penutup perjalanan anda ke Manumpitaeng.
Ketiga kabupaten tersebut merupakan kabupaten bahari karena potensi kebaharian yang dimilikinya. Dengan posisi itu, ketiga kabupaten ini punya sederet destinasi wisata bahari, yang sayang memang belum dikelola secara maksimal, termasuk yang ada di Kabupaten Sitaro.
Sitaro sebenarnya punya keunggulan dilihat dari jaraknya yang dekat dengan Manado, hanya butuh sekitar 4 jam perjalanan dengan kapal cepat untuk mencapai pulau Siau sebagai pusat pemerintahan Sitaro, dan hanya butuh sekitar 2 jam untuk mencapai pulau Tagulandang yang tidak kalah eksotis.
"Apalagi jika pelaku pariwisata bisa membuat paket trip ke Bunaken yang sudah tersohor itu terintegrasi dengan destinasi di Sitaro, karena kabupaten ini juga menyimpan spot-spot dive yang tak kalah indahnya," ujar Harry Kakunsi, operator dive di Sitaro.
Sitaro yang memiliki 47 pulau, sebagian besarnya tidak berpenghuni ini tentu menyimpan potensi pengembangan wisata bahari yang besar ke depannya, tinggal bagaimana pemerintah daerah memaksimalkannya melalui program terpadu. Salah satu pulau eksotis nan indah yang ada di Sitaro, adalah pulau Manumpitaeng.
Anda akan dibuat terkejut saat speed boat mulai masuk perairan Manumpitaeng, yang dikelilingi beberapa pulau lainnya, termasuk pulau Mahoro yang sangat eksotis di belakangnya. Pasir putihnya nan lembut langsung mengoda, apalagi gradasi air lautnya dari hijau tosca ke biru tak bisa menahan rasa untuk segera menceburkan diri ke laut dan mandi sepuasnya.
Jangan segan untuk meminta hasil tangkapan ikan kepada nelayan yang lewat. Mereka akan dengan senang hati memberikannya, tentu dengan sedikit imbalan, dan nikmati barbeque di tepi pantai pada malam hari sambil menikmati kejernihan langit dengan ribuan bintangnya.
Ke Manumpitaeng memang akan terasa lengkap jika disertai dengan menggelar tenda dan menginap semalam. Pastikan Anda membawa persediaan makanan dari Siau, karena di pulau ini tak ada yang berjualan makanan dan minuman.
Datanglah menjelang sore, agar bisa menikmati sunset dan paginya bisa menunggu matahari terbit di sisi Barat. Jika matahari telah naik, bersegeralah ke salah satu sudut berpasir di bagian Barat yang berhadapan dengan pulau Mahoro. Di bagian yang ditumbuhi belukar dan pohon-pohon itu, Anda akan menjumpai proses alami bagaimana burung Gosong bertelur dengan keunikannya. Bersiaplah beringsut di atas pasir sambil bersembunyi di balik belukar.
Di Manumpitaeng, aktivitas Gosong bertelur masih cukup banyak dan mudah dilihat, asalkan pengunjung tidak menganggungnya. Ini merupakan bonus bagi pengunjung di Manumpitaeng.
Setelah puas melihat Gosong bertelur, bersegeralah ke punggung bukit yang terdapat di bagian tengah Manumpitaeng. Tidak dibutuhkan tenaga ekstra untuk mendakinya. Cukup 10 menit Anda sudah bisa berada di posisi tertinggi dan bisa menikmati panorama indah sekeliling Manumpitaeng.
Tentu saran yang sangat bagus adalah jangan lupa membawa peralatan kamera. Abadikan keberadaan diri Anda selama berada di surga tersembunyi ini, sambil mengintip kawah Karangetang di kejauhan yang seakan menegaskan anda masih berada di wilayah Sitaro, Gunung itu tak pernah berhenti mengeluarkan percikan api di puncak kawahnya, yang menjadi bonus penutup perjalanan anda ke Manumpitaeng.
Penulis | : Kontributor Manado, Ronny Adolof Buol |
Editor | : Ni Luh Made Pertiwi F |
sumber: http://travel.kompas.com/read/2015/06/27/081100227/Manumpitaeng.Mengintip.Burung.Gosong.Bertelur.di.Pulau.Perawan